Minggu, 26 Agustus 2012

TIDAK ADA ALASAN UNTUK RAGU LAGI

oleh Bao Panigoran pada 26 Mei 2011 pukul 18:08
https://www.facebook.com/notes/bao-panigoran/tidak-ada-alasan-untuk-ragu-lagi/10150188425758458


Markus 11:24

Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu.

Syalom
Saudaraku dalam kasih Yesus....

Alkitab mengajar kita untuk tidak meragukan Allah. Tapi tak bisa dipungkiri, keraguan selalu saja menjadi masalah bagi banyak orang kristen ketika terjadi situasi-situasi darurat di lapangan. Meskipun mereka berusaha keras untuk mencoba tidak ragu, tetap saja suatu saat mereka tiba pada titik keraguan, yang dapat membuat depresi rohani.

Sayangnya, orang-orang -yaitu pelayan-pelayan Tuhan- tidak juga pandai menerangkan mengapa mereka tidak boleh ragu, sebab kebanyakan, saudara-saudara ini pun belum memiliki pemahaman yang benar tentang iman.

Sekarang, saya mau saudara semua paham, bahwa sesungguhnya, tidak ada alasan lagi bagi kita untuk pernah meragukan kebaikan dan pertolongan Tuhan Yesus.

Pertama, mari kita pahami dulu akar dari keraguan. Mengapa orang ragu? Dari mana keraguan berasal?

Saudaraku...
Keraguan berasal dari ketidakpastian, atau keadaan yang spekulatif atas sesuatu yang belum terjadi. Ambil contoh final Liga Champions antara Manchester United melawan Barcelona yang akan segera berlangsung. Itu belum terjadi, tapi kita tahu, akan ada satu yang menang dan satu kalah. Pertanyaannya, siapa yang akan menang? Saya sejak lama penggemar Manchester United, tentu berharap mereka menang. Tapi ketika ditanya, apakah saya yakin, apakah mereka pasti menang? Seribu kalipun saya bilang: pasti! Itu masih spekulatif, dan belum tentu terjadi demikian. Keyakinan saya tidak akan mempengaruhi hasil, sebab keyakinan seperti itu tanpa dasar, spekulatif, berdasarkan harapan serta pengetahuan bahwa pemain-pemain Manchester United adalah pemain-pemain kelas satu. Lagi pula, kalau saya jujur, sesungguhnya saya masih ragu apakah Manchester United benar-benar menang atau tidak.

Keyakinan atau iman yang seperti itu sangat spekulatif, bersifat tebak-tebak, serta tidak akan pernah bulat dan selamanya akan meninggalkan secuil kebimbangan.

Saudaraku...
Diakui atau tidak, iman seperti itulah yang dimiliki kebanyakan orang kristen, anda dan saya, itulah sebabnya tidak banyak diantara kita yang benar-benar senantiasa berkemenangan.

Para pendeta mengajarkan dari mimbar, dan orang-orang menjadi percaya, bahwa dasar dari iman kita adalah karena kita tahu bahwa ALLAH ITU BAIK, sehingga Ia tidak akan mengecewakan kita, dan  pasti akan menjawab doa dan permintaan kita.

Maksud saya begini. Anda punya pergumulan, misalnya ibu anda sakit. Anda berdoa meminta pertolongan Tuhan agar mau menyembuhkan ibu anda, tapi kesembuhan belum juga datang. Lalu orang-orang datang menghibur anda dan berkata bahwa Allah kita baik, dan Ia akan mengabulkan permintaan anda dan menyembuhkannya, jadi percayalah  kepadaNya.

Saya mau bertanya, dengan pola iman seperti itu, dapatkah anda BENAR-BENAR percaya bahwa ibu anda akan sembuh, dan tidak ada keraguan terbersit sedikit pun? Bulatkah iman anda? Saya kira, bagaimana pun anda berusaha, pasti akan ada tersisa keraguan di dalam dada anda. Dan ketika akhirnya ibu anda meninggal, saya kawatir iblis, melalui lidah orang lain ataupun melalui pikiran anda sendiri, akan menuduh bahwa ibu gagal sembuh karena iman anda kepada Allah tidak bulat. Anda kehilangan ibu, juga terintimidasi dan tertuduh. Dampaknya, anda akan sangat kecewa kepada Tuhan.

Ada berapa banyak anak Tuhan yang seperti ini?

Saudara...
Mengapa dengan pola iman seperti itu, sulit sekali untuk bisa bulat? Jawabannya, sebab iman seperti itu didasarkan pada dasar yang spekulatif: anda mengajukan satu permintaan kepada Tuhan, pilihannya ada dua: dijawab atau tidak dijawab, lalu karena anda tahu Allah itu baik: anda berharap Ia akan menjawab doa anda.

Ada satu kasus lagi. Seorang anak Tuhan yang menganggur, mengirim surat lamaran kerja ke satu perusahaan. Tentu saja hanya ada dua kemungkinan yang akan terjadi: diterima atau ditolak. Lalu anda  mengajari dia untuk beriman bahwa dia pasti diterima, alasannya: karena kau anak Tuhan, dan Tuhan baik padamu sehingga tak mungkin Dia mengecewakanmu.

Ketika tidak diterima, anak Tuhan ini mengeluh pada anda. Apa yang biasa anda katakan? Paling-paling anda berkata: berarti bukan rencana Allah kamu bekerja di sana, berarti Tuhan punya rencana yang lain.
Lihat, sangat spekulatif. Meraba-raba. Menduga-duga. Tidak pernah dapat menjadi bulat.

Iman seperti itu  berasal dari ajaran bahwa semua itu masih menjadi hak prerogatif Allah untuk memutuskan. Mengenai doktrin hak prerogatif ini, saya tidak pernah lupa pada seorang senior saya di persekutuan doa ketika masih mahasiswa belasan tahun lalu. Ketika itu dia berkhotbah kepada kami: Memang Alkitab telah menyatakan bahwa Yesus adalah satu-satunya jalan menuju Bapa, tapi apa iya, sekarang Bapa tidak punya hak prerogatif lagi..? Jika Bapa tiba-tiba, karena kasihNya, memberi pengecualian pada seseorang yang istimewa di mataNya, mungkinkah Ia berdosa? Masakan Ia berdosa sedangkan Ia Allah? Jadi, biarlah itu menjadi hak prerogatifNya saja, kita tidak dapat menghakimi dan berkata orang yang mati sana pasti ke neraka. Sejak itu, beberapa teman mulai meragukan kemutlakan Yesus, dan saya sendiri, sejak itu, mundur dari pertemuan merusak tersebut.

Saya mau beritahu, iman spekulatif dan berharap-harap cemas begini adalah tipe iman yang dimiliki semua agama palsu juga: mereka memohon kepada Tuhan dan bukan kepada setan karena mereka percaya Tuhan mereka baik, jadi mereka dapat berharap bahwa Tuhan mereka akan menjawab.

Saudaraku, bukanlah iman seperti itu yang Alkitab ajarkan. Singkatnya: itu bukan iman! Itu pengharapan.

Selanjutnya, firman yang saya kutip di atas berkata:
"Karena itu Aku berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya, maka hal itu akan diberikan kepadamu".

Beberapa orang telah mengajarkan hal ini dengan salah kaprah. Sebab yang mereka maksudkan adalah, anda didorong untuk  berpura-pura telah sembuh, supaya -barangkali- anda akan benar-benar sembuh. Artinya, kita harus memancing dulu kesembuhan itu. Bernada sugesti, seolah-olah iman itu menciptakan kesembuhan. Orang-orang datang melawat saya ke rumah sakit, dengan muka belas kasihan, lalu dengan suara lemah, kepada mereka saya bilang: saya sudah sembuh kok.. Apa yang akan terjadi? Mereka akan tertawa, sebab kenyataannya saya tidak sembuh.

Saudaraku..
Firman di atas tidak dimaksudkan sebagai sugesti seperti yang sering kita praktekkan. Iman kita bukanlah bersifat spekulatif seperti cara kerja tukang ramal, bukan juga bersifat sugesti seperti cara kerja tukang hipnotis. Semua itu bukan iman yang dmaksudkan Alkitab!

Iman tidak menciptakan kesembuhan. Kesembuhan itu karya kasih karunia Kristus Yesus. Tetapi iman adalah tindakan menerima. Iman adalah "tangan" untuk mengambil.

Sekarang anda bertanya, jadi seperti apa iman yang benar?

Saya mau menerangkannya melalui suatu perbandingan:
Ada seorang mahasiswa yang indekost. Ketika ia membutuhkan uang, maka ia menyurati ayahnya dan memintanya, lalu percaya bahwa ayahnya pasti mengirimkan uang itu, sebab ia tahu ayahnya baik dan sayang padanya.

Tetapi ia punya teman di kamar sebelah. Sejak awal kuliah, ayahnya sudah menyediakan di rekeningnya uang puluhan juta, sehingga ketika ia butuh uang, ia tinggal mengambilnya ke ATM. Jadi ia percaya, dengan tidak perlu berharap-harap cemas, ia akan segera memegang uang itu.

Kasus pertama adalah apa yang sejak tadi saya terangkan sebagai iman yang spekulatif.
Dia percaya bapaknya baik dan pasti akan mengirimkan uang itu. Tapi jika ia terus ditanyai, akan terlihat bahwa sebenarnya ia masih menyisakan sedikit ruang untuk  menduga-duga kemungkinan ayahnya bisa saja tidak mengirimkan uang itu karena sesuatu dan lain hal, misalnya ayahnya sakit, berhalangan dan sebagainya. Masih ada tersisa kekuatiran, meski sangat sedikit. 
Kita memang percaya bahwa Allah kita baik pada kita. Tapi iman spekulatif masih akan menyisakan sedikit ruang bagi keraguan, dan biasanya hal itu adalah: "Mungkin Allah tidak menghendakinya....." Atau: "Mungkin Allah punya rencana lain..."

Tetapi sejak sekarang, kita harus meninggalkan iman seperti itu. Sebab yang benar adalah seperti kasus yang kedua, Allah sudah menyediakan semuanya, di dalam kasih karunia.

Kematian Yesus adalah karya terbesar yang dilakukan Allah bagi kita. Sejak Yesus menghembuskan nafasNya di kayu salib, sejak itulah gong zaman kasih karunia dimulai.

Anda dan saya lahir di zaman kasih karunia. Sebelum anda memiliki pergumulan, sebelum anda meminta pertolongan Tuhan, Tuhan sudah menyediakan pertolongan.

Sebelum anda bertobat, sebelum anda berdosa, bahkan sebelum anda lahir, pengampunan dan keselamatan telah disediakan bagi anda.

Apakah anda mengira jika hari ini anda berbuat dosa, lalu minta-minta ampun dengan penuh sesal di hadapan Tuhan, bahwa Tuhan AKAN mengampuni anda sekali lagi? Tidak! Ia tidak akan mengampuni anda sekali lagi. Yang benar: Ia telah mengampuni anda! Sekali Ia mengampuni anda di kayu salib, itu berlaku kekal bagi anda, dan itu juga berlaku bagi semua orang. Persoalannya, apakah anda akan mengakui dosa anda atau tidak. Jika anda tidak mau mengakui dosa anda, anda telah menutup hidung anda dari udara pengampunan, dan anda akan sesak nafas lalu mati dan masuk neraka bukan karena Tuhan membenci dan marah pada anda, tapi karena pilihan anda sendiri yang keras kepala.

Kesembuhan telah diberikan pada anda, pada saya, pada semua orang. Itu telah menjadi milik kita. Tetapi hal itu masih terdapat di alam roh. Jadi jika anda sakit, ambillah anugrah kesembuhan itu dari alam roh dan letakkan ke tubuh jasmani anda, maka anda akan sembuh secara nyata.

Tidak benar Tuhan tidak menghendaki anda sembuh. Jika ada yang mengajarkan hal itu pada anda, anda harus menolaknya. Tidak benar bahwa Tuhan menghendaki anda sembuh lain waktu saja, kapan-kapan. Tuhan menghendaki anda sembuh, dan Ia menghendaki anda sembuh sekarang!

Bahkan yang paling akurat adalah: Ia telah menghendaki anda sembuh jauh hari sebelum anda sakit, dua ribu tahun sebelum anda lahir!

Kesembuhan itu adalah bagian dari anugrah yang anda peroleh sejak kematian Yesus. Itu milik anda. Ambillah dan terimalah dengan ucapan syukur. Percayalah, anda telah menerimanya dari Yesus, pakailah, maka anda di alam nyata akan sembuh.

Jadi sekarang anda tahu bahwa  firman di atas bukanlah suatu mekanisme sugesti pikiran yang menciptakan sesuatu. Yang benar, memang anda benar-benar telah menerimanya. Yesus benar-benar telah memberinya pada anda. Persoalannya, karena anda tidak dapat melihat alam roh, anda tidak percaya bahwa anda telah memiliki kesembuhan itu. Jadi Yesus memberitahu supaya anda percaya dan jangan ragu-ragu. Jika anda ragu, artinya anda menyangkal memiliki sesuatu yang telah anda miliki.

Anda memiliki jantung, dan anda percaya memilikinya meskipun anda tidak melihatnya. Nah, demikianlah anda harus memperlakukan semua yang telah anda miliki di alam roh: pengampunan, kesembuhan, berkat kemakmuran, keturunan, kepulihan, kemenangan, sukacita, dan sebagainya yang telah dianugrahkan Allah di dalam kasih karuniaNya.

Jika anda telah mengetahui bahwa anda telah memiliki semuanya, dan percaya, sekarang masih adakah alasan anda untuk ragu lagi bahwa jangan-jangan Tuhan tidak berkehendak..??

Jangan pernah katakan lagi kepada diri anda maupun kepada orang lain: "Ketidaksembuhan ini kehendak Tuhan, Ia memiliki rencana yang lain." Dan semacamnya.

Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan, dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.
Jadi dalam Alkitab, tidak ada alasan untuk menduga jangan-jangan Allah memutuskan yang lain.

Mungkin anda punya banyak proposal yang telah anda ajukan kepada Tuhan hari ini. Tapi saya mau anda tahu, Tuhan tidak akan pernah memutuskan apa-apa lagi dengan proposal anda. Ia berkata: "Sebelum proposal ini kau ajukan, Aku sudah memberikannya kepadamu dua ribu tahun yang lalu!"

Percayailah, sebab hal itu fakta.

Bukan kepercayaan anda yang menjadikannya ada sebagaimana yang diduga banyak hamba Tuhan, tetapi karena itu fakta, maka sepantasnya anda percaya. 

Jika ada teman baik kita meninggal, lalu hal itu diberitakan kepada kita, ada kalanya kita seperti tidak percaya pada berita itu. Tapi dengar, ketidakpercayaan anda tidak akan membuat kematiannya batal, atau kepercayaan anda yang telah membunuhnya. Tidak. Mau percaya atau tidak, hal itu tidak akan mempengaruhi fakta yang telah terjadi. Tetapi ada baiknya anda percaya bahwa teman anda itu telah mati, sebab itu fakta. Jika anda tidak percaya, padahal faktanya ia telah mati, berarti anda ini bebal.


Karena itu Yesus berkata kepadamu: apa saja yang kamu minta dan doakan, percayalah bahwa kamu telah menerimanya (sebab hal itu adalah fakta yang telah terjadi di alam roh), maka hal itu akan diberikan kepadamu (termanifestasi di alam jasmani).

Jikalau yang anda minta atau harapkan itu sudah diberikan pada anda, untuk apa anda berguling-guling merintih-rintih memohon pada Tuhan dengan berurai air mata seperti seseorang yang sangat menderita luka batin? Jangan-jangan Tuhan akan menghardik anda seperti Ia menghardik Petrus dkk. saat perahu mereka diterjang badai: "Hai kamu angkatan yang tidak percaya...!"
Jadi baiklah anda bersyukur saja pada Allah, dan mempercayai tanpa ragu bahwa anda memang telah memilikinya, maka itu akan terwujud di alam jasmani.

Sungguh, alangkah besarnya karya dan anugrah Allah di dalam kasih karuniaNya. Maka terimalah itu oleh imanmu di dalam Yesus Kristus dengan penuh ucapan syukur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar