Minggu, 26 Agustus 2012

JANGAN MINDER PADA BAPAMU

oleh Bao Panigoran pada 22 Oktober 2010 pukul 13:43
https://www.facebook.com/notes/bao-panigoran/jangan-minder-pada-bapamu/441752333457


1 Yohanes 3 : 21
Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau hati kita tidak menuduh kita, maka kita mempunyai keberanian percaya untuk mendekati Allah.

Kami di kota ini baru saja memiliki walikota baru hasil pilkada. Kebetulan saya bekerja di kantor walikota sebagai seorang staf kecil. Sebagai bawahan, tentu saja kami sangat segan dan hormat padanya. Setiap kami akan kikuk jika berpapasan dengannya. Ketika ia suatu hari masuk ke ruangan kami untuk inspeksi mendadak, kami semua yang ada di ruangan itu begitu kaget, buru-buru bangkit, dengan sikap badan formal, membungkuk saat ditanyai, tersenyum saat digodai sekalipun terdengar kurang lucu, pokoknya setiap gerak-gerik harus memperlihatkan bahwa kami selalu berkata: “Siap Pak.” Jika ada yang kebetulan pakaiannya kurang rapi atau agak kacau, ia pasti akan sangat menyesal telah berjumpa dengan beliau hari itu.

Lalu suatu ketika, ada seorang remaja berpenampilan slebor, busana agak acak-acakan, pakai sandal, rambut jigrak model remaja sekarang, dan dengan gaya agak pungky, memukul pundak bapak walikota itu, merangkul lehernya, tanpa sungkan-sungkan sedikitpun.

Jika saja kami yang berbuat begitu, sudah pasti kami akan diseret ke kantor polisi, minimal ke pos interogasi Satpol PP. Tapi mengapa anak remaja itu santai-santai saja melakukannya? Karena ia anaknya, dan Bapak Walikota kami itu papinya.

Saudaraku yang dikasihi oleh Tuhan Yesus...

Berbulan-bulan lalu, di suatu malam, saya tiba-tiba seperti mendengar semacam keluh kesah Allah tentang kita, orang-orang kristen di Indonesia. Roh saya dipenuhi kata-kata ini: "Anak-anakKu jatuh bangun mengikut Aku, dan banyak di antara mereka yang bingung, buta maupun tidak kuat mengikut Aku karena mereka kurang mengerti ada hubungan apa mereka dengan Aku.”

Kita ditemukan kurang mesra dengan Bapa, dengan Yesus, dengan Roh Kudus. Kita menekan diri kita sebegitu rendahnya, sementara Dia sangat jauh dan mustahil terjangkau. Saya bertemu dengan banyak orang yang mendoktrin dirinya hina dan tidak berharga di hadapan Allah. Jika mereka berdoa, sedikitpun dia tidak berani mengangkat wajahnya, tidak pula berani mengangkat tangannya. Ia seolah-olah cacing yang berhadapan dengan raja diktator yang buas dan haus darah. Doanya pendek dan tidak percaya diri, seperti hendak buru-buru mengatakan “amen”. Suaranya pecah serak, seperti mau mati rasanya. Ia ketakutan untuk berdoa.

Banyak pula orang yang mendoktrin dirinya seolah-olah Allah tidak menginginkan dia. Ia mengajar orang lain dan dirinya sendiri bahwa hanya pihaknyalah yang membutuhkan Allah, sedangkan Allah tidak terlalu menginginkan dirinya, sebab Allah tidak kekurangan apa-apa.

Doktrin seperti ini memang tidak lantas membuat orang itu sesat atau kehilangan keselamatan. Tapi doktrin seperti ini kurang mengenal hati Allah, dan juga membuatnya menjadi lemah secara rohani, mudah jatuh, mudah tertekan batin mengikut firman, serta susah mengerti kuasa Allah yang ada pada dirinya. Doktrin perendahan manusia seperti ini berasal dari pemahaman yang kurang tepat mengenai ajaran merendahkan diri, juga ajaran tentang takut akan Allah.

Saudaraku..Ketika Yesus dan rasul-rasul mengajarkan supaya kita merendahkan diri di hadapan Allah, artinya ialah supaya kita menyangkal ego dan kepentingan-kepentingan ego kita, jadi bukan berarti mengingkari kedudukan kita sebagai anak Allah. Dengan kita menyangkal ego, kita menaklukkan diri kepada kehendak Roh Kudus, dan hidup dalam ketundukan pada firmanNya. Tetapi kita tidak boleh menyangkal kedudukan kita sebagai anak Allah, sebab itu rencana Allah.

Selain merendahkan diri kepada Allah, kita juga diajar untuk merendahkan diri di hadapan manusia. Artinya, bukan berarti kita memandang diri kita lebih rendah dari manusia. Tapi kita yang adalah anak Allah Yang Maha Tinggi, tidak menepuk-nepuk dada kita di hadapan mereka, melainkan merundukkan diri sehingga yang mereka lihat bukanlah ego kita, melainkan kasih Yesus yang mengalir dari jiwa kita.

Allah memandang kita berharga, saudaraku. Jikalau kita tidak berharga di mataNya, untuk apa Ia merelakan AnakNya yang tunggal mati dan terperosok ke dalam maut untuk menebus kita? Mungkinkah orang yang berani engkau tebus dengan nyawamu sendiri masih dikatakan tidak berharga bagimu? Coba saudara renungkan hal itu dalam-dalam...Sungguh, kita bahkan belum dapat menemukan batas kasih Allah akan kita. Alkitab berkata: Karena begitu besarnya....!!

Menurut saudara, manakah yang lebih besar, keinginan Allah mendapatkanmu, atau keinginanmu mendapatkan Allah? Jika hubungan kita dengan Allah ibarat hubungan telepon, coba saudara jawab, siapakah yang lebih dulu menghubungi, Allah atau saudara?

Tetapi agar saudara tahu, Allah itulah yang memilih saudara, bukan saudara yangmemilih Dia. Allah itulah yang mencari saudara, bukan saudara yang mencari Dia. Allah, Dialah yang telah menelpon kita. Berulang-ulang Dia menelepon kita. Bahkan kita inilah yang sering kali malas mengangkat telepon itu. Kitalah yang sering malas mendengar suaraNya.

Tidak ada perumpamaan yang paling pas untuk menggambarkan cinta Allah kepadamu. Alkitab memakai perumpamaan kasih bapa pada anaknya, namun sesungguhnya, jauh lebih dalam lagi. Alkitab juga membandingkannya ibarat cinta suami pada istrinya, tapi gambaran itupun belum mampu mewakili seluruh kasih Allaj padamu.

Ia menyebut kita kekasihNya, istriNya, mempelai perempuanNya. Artinya, Ia sangat menginginkan untuk memiliki kita seutuhnya. Ia cemburu jika kita berbuat dosa. DadaNya disesaki rasa cemburu yang hebat!

Tetapi Ia juga sangat mengasihi kita sebagai anak-anakNya. Ia tidak tahan melihat air mata kita. Dengan air mata bercucuran, begitu kita memanggilNya: “Bapa, ampunilah aku...”, Bapa kita di sorga bergelora, hatinya berbunga-bunga, dan Ia akan memeluk kita erat-erat!

Demikian hebat cinta Allah akan engkau, saudaraku. Tak ada kata-kata yang dapat menggambarkannya dengan sempurna. Ia ingin memiliki hati dan pikiranmu seutuhnya, dan Ia ingin senantiasa dapat bermesra-mesraan denganmu seperti layaknya dua kekasih yang dimabuk cinta. Orang sering bingung mengapa kitab Kidung Agung masuk ke dalam Alkitab. Kidung Agung itu ialah gambaran kasih mesra Allah dengan gerejaNya, kita.

Mabuklah akan cinta kepada Bapa, di dalam Yesus. Cintailah Dia dengan segenap hatimu, dengan segenap perasaanmu, dan dengan segenap akal budimu. Biarkan hatimu meluap akan cinta, biarkan dirimu menari-nari menikmati cintaNya itu di kala engkau menyembahNya.

Mengenai ajaran takut akan Allah bukanlah berarti takut dalam konteks horor, sebagaimana orang takut pada hantu. Takut akan Allah artinya kita hidup dalam ketundukan kepada firman Allah, cinta yang setia, dan satu komitmen kuat untuk tidak pernah membuatNya kecewa.

Seorang istri yang sangat mencintai suaminya, pasti takut untuk selingkuh. Ia takut karena tidak ingin melukai perasaan suaminya itu, sebab ia sangat cinta kepadanya. Jadi ketakutannya bukanlah berasal dari suasana horor, karena pasangannya itu tukang mutilasi, misalnya, tapi karena cinta yang mendalam.

Takut akan Allah artinya kita harus tiba pada suatu titik cinta, dimana kita tidak ingin melihat hati Allah terluka karena pengkhianatan kita.

Dia memang Allah Yang Maha Tinggi, tetapi Dia Bapa kita, oleh darah Yesus Kristus yang telah tercurah bagi dosa-dosa kita, sehingga Ia begitu dekat bagi kita.

Jika kita masih saja minder kepadaNya, bagaimana kita bisa memiliki cinta yang mendalam kepadaNya? Dapatkah anda menjalin cinta dengan seseorang, tetapi anda minder dan tidak mau bertemu muka dengannya? Sebaliknya, sepasang kekasih memiliki naluri untuk selalu berdekat-dekatan dengan kekasihnya. Ada rasa rindu yang menggebu-gebu. Demikianlah mestinya perasaan kita kepada Allah, seperti Daud, sebab Ia seperti itu kepada kita.

Kita memang telah terhina, ketika kita terbuang dari hadapanNya. Tapi Yesus telah datang memulihkan kita. Kita telah pulih, saudaraku! Kita tidak sama lagi jika kita bertobat dan dilahirkan kembali!

“Tapi saya miskin, saya tidak berharga di dunia ini..”Sejak engkau menerima kematian Yesus, dengar baik, engkau bukan lagi orang miskin. Sebab engkau telah berasal dari sorga. Di sorga, debu tanahnya adalah berlian, intan permata, emas murni. Dan engkau berasal dari sana! Dunia boleh mengukurmu dari hartamu, tapi Allah mengukurmu dari kedudukanmu sebagai anakNya. Anak berharga di mata Raja. Tahukah saudara bagaimana pusingnya sekarang Kerajaan Jepang karena sang calon raja belum mempunyai anak? Betapa berharganya seorang anak di mata seorang Raja!!


Istri saya sering bilang ke saya: “Seluruh dunia mungkin bilang papa jelek, tapi bagiku, papalah yang paling ganteng dari mereka semua...”. Anak tetangga mungkin ranking satu di sekolah, anak kita sendiri ranking paling buncit. Tapi apakah karena itu anak tetangga lebih berharga di mata kita daripada anak kita sendiri? Biar seluruh bumi teriak-teriak menertawakan anak kita bodoh tak berharga, tetapi dia jauh lebih berharga dari mereka semua bagi kita, karena dialah anak kita, mereka bukan.

Kita berharga di mata Allah, bukan karena prestasi-prestasi duniawi dan kebaikan-kebaikan kita. Kita berharga di mataNya karena cintaNya sendiri, karena kita ini anak-anakNya. Dan cintaNya itu, itulah “kacamata” yang dipakaiNya untuk memandang kita.

Saudaraku, jangan minder pada Bapamu. Mungkin engkau tidak pintar, mungkin engkau miskin, mungkin wajahmu buruk dan dijauhi orang, mungkin masa lalumu gelap dan penuh kejahatan, mungkin engkau gagap dan tidak pandai bicara, mungkin tubuhmu cacat dan mengerikan, mungkin engkau orang-orang yang terbuang dari dunia. Tapi dengarlah, Allah begitu mengasihimu. Engkau berharga sekali di mataNya. Sadarlah dan bersukacitalah! Melompat dan menarilah! Allah mencintaimu dengan hebat!

Haleluyah! Haleluyah!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar