Minggu, 26 Agustus 2012

Insiden HKBP Bekasi dan GBI Menplas : Sebuah Refleksi

oleh Bao Panigoran pada 1 September 2010 pukul 14:23
https://www.facebook.com/notes/bao-panigoran/insiden-hkbp-bekasi-dan-gbi-menplas-sebuah-refleksi/421657603457


Filipi 1 : 29 Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan untuk percaya saja, tetapi juga untuk menderita

Saudaraku dalam Kristus... Kali ini ijinkanlah saya berbicara sejenak mengenai beberapa peristiwa yang menimpa gereja kita akhir-akhir ini.

Ini adalah minggu-minggu yang cukup memprihatinkan bagi kita semua. Beberapa waktu yang lalu, saudara-saudara kita jemaat HKBP di Bekasi diserang oleh kelompok massa Islam garis keras. Demikian pula hal yang sama dialami jemaat GBI Medan Plasa pimpinan Pdt. Bambang Jonan (kalau tidak salah tulis) yang jemaatnya sekitar 15 ribu jiwa (salah satu gereja terbesar di Medan), beberapa waktu lalu juga diserang kelompok massa FPI dan melarang mereka beribadah di hotel. Semua peristiwa ini sangat ironis dengan peringatan Hari Merdeka yang dirayakan seluruh rakyat Indonesia, termasuk kita.

Dengan kasih, saya mohon jangan satupun di antara kita malah saling mentertawakan satu sama lain dan saling menghakimi. Jangan pernah ada yang berkata: "Itu mereka alami karena mereka tidak hidup dalam Tuhan". Perkataan bernada seperti itu tidak keluar dari lidah seorang yang benar-benar anak Allah, tetapi mungkin saja dari lidah orang-orang yang tidak mengenal Yesus dengan sungguh-sungguh.

Sebab salib Kristus adalah kebodohan bagi dunia ini, yaitu bagi mereka yang tinggal menunggu hari kebinasaannya di neraka kekal. Gereja sejak zaman purba telah menjadi musuh atau sasaran kebencian utama dari Kerajaan Iblis yang menunggangi dunia ini. Setiap dari kita, anak-anak Allah, ialah target utama dari setan. Setan sangat membenci kita, dan kebencian itu diturunkannya ke hati manusia-manusia yang ditungganginya. Jadi kapan saja kita dapat menjadi sasaran amuk massa tunggangan Kerajaan Gelap tersebut. Itulah sebabnya kita tidak dipanggil hanya untuk menjadi ahli waris surga Bapa kita, tetapi juga untuk menjadi sasaran aniaya musuh Tuhan kita selama di bumi.

Bahkan aniaya yang kita terima sekarang belum ada apa-apanya dengan aniaya yang akan datang. Dulu, sempat beberapa orang mengajarkan bahwa Gereja tidak akan mengalami aniaya dari antikristus yang akan datang. Menurut mereka, Gereja akan diangkat dulu, barulah aniaya itu terjadi kepada umat manusia, termasuk bagi saudara kita yang tertinggal. Mereka yang tertinggal ini katanya adalah orang-orang kristen yang tidak kudus. Tetapi dengan menyesal hal itu harus kita tolak, sebab tidak alkitabiah. Dengan jelas-jelas Kitab Wahyu dan semua Injil menyebutkan bahwa antikristus akan menganiaya ORANG-ORANG KUDUS selama beberapa waktu lamanya, sampai akhirnya yang tersisa akan diangkat. Intinya, suatu saat, dan kita percaya itu sudah dekat, kita semua akan ditimpa aniaya yang jauh lebih bengis lagi. Kita sedari sekarang harus mempersiapkan diri.

Kembali ke topik, tentu satu pertanyaan, apa yang harus kita lakukan? Disini mungkin kita akan memunculkan pendapat yang berbeda. Mungkin ada yang akan menagatakan bahwa kita tidak dapat melakukan apa-apa kecuali bersyukur, mengampuni dan memberkati para penganiaya itu. Ini alkitabiah. Tapi apakah kita tidak boleh melakukan sesuatu tindakan pembelaan?

Menurut saya, kita boleh belajar dari teladan jemaat mula-mula. Pada saat itu mereka juga ditimpa aniaya yang sangat pedih, mulai pemerintahan Kaisar Nero.

Saya percaya bahwa Tuhan Yesus mengijinkan kita memakai akal budi kita. Kita tidak harus berdiam diri saja dengan sukarela menanggung aniaya tersebut. Saya teringat pada Paulus yang membela dirinya bahkan hingga banding ke kaisar di Roma. Juga pada generasi-generasi selanjutnya, ada upaya-upaya pembelaan melalui tulisan-tulisan para sarjana kristen di Roma dan sekitarnya.

Belajar dari Paulus, kita diijinkan juga untuk membela diri. Kita boleh memperjuangkan hak kemerdekaan kita untuk beribadah, karena hal itu memang dijamin oleh UUD 1945. Kita boleh menggunakan jasa ahli-ahli hukum, badan-badan pemerintah maupun non pemerintah, membangun opini melalui pers, serta anggota-anggota DPR yang terpanggil untuk membela hak-hak kita.

Yang tidak boleh kita lakukan ialah membiarkan api kebencian merasuk di hati kita. Sebab iblis memang bermaksud supaya kita diliputi kebencian pada orang-orang FPI dan konco-konconya itu. Ketika kita membenci, maka iblis punya ruang untuk masuk ke tengah-tengah kita dan akan menghasut kita untuk membalas aniaya tersebut dengan aniaya pula.

Jadi batasannya jelas, bahwa yang kita perjuangkan adalah hak hukum dan keadilan bagi kita sebagai sesama warga negara. Jangan lewat dari situ. Ijinkan Bapa kita yang membalaskan semuanya. Sebab memang Bapa sudah menggariskan bahwa barangsiapa mengutuki kita akan dikutuk oleh Bapa kita. Bapa lah yang akan menginjak-injak musuh-musuh kita.

Jadi hati kita harus tetap diliputi damai sejahtera dan pengampunan. Sehingga meskipun kita harus mati dalam aniaya, kita mati dengan hati yang mengampuni. Ketika ada yang mati martir dengan hati yang terobsesi dengan pembalasan, kebencian, sakit hati dan dendam, saya kawatir dia tidak akan memperoleh apa yang diharapkannya: surga kekal. Stefanus memilih mengampuni pada detik-detik kematiannya daripada sakit hati, sebab mungkin saja dia sadar bahwa dia akan ditolak jika dia mati membawa sakit hati.

Demikianlah kita harus tetap dalam keadaan hati yang mengampuni terhadap peristiwa-peristiwa ini. Dan kalau kita memperjuangkan hak kebebasan kita beribadah, marilah kita melakukannya dengan akal budi yang cerdik seperti ular, tetapi harus tulus seperti merpati.

Di atas semua itu, marilah kita semakin menyadari bahwa kita tidak lagi berasal dari dunia ini, melainkan dari surga kekal, dari hadapan Bapa kita, Allah yang maha tinggi di dalam Kristus Yesus.

Immanuel! Allah di pihak kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar