Minggu, 26 Agustus 2012

MENINGGIKAN DIRI

oleh Bao Panigoran pada 5 November 2010 pukul 14:58
https://www.facebook.com/notes/bao-panigoran/meninggikan-diri/448393753457


Lukas 14 : 11
Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.

Sekali lagi...BARANGSIAPA MENINGGIKAN DIRI, IA AKAN DIRENDAHKAN.

Saudaraku dalam kasih Yesus...Mungkin banyak di antara yang kurang memperhatikan ayat di atas, khususnya untuk term meninggikan diri. Banyak hamba Tuhan telah bicara mengenai merendahkan diri, menjelaskannya dengan terang dan memaparkannya secara mendetil sehingga kita menjadi tahu. Tetapi term meninggikan diri, mungkin kurang banyak kita bahas.

Kita barangkali hanya tahu bahwa meninggikan diri itu lawan kata dari merendahkan diri. Sebagian orang, ketika mendengar istilah meninggikan diri, langsung menerjemahkannya dengan tinggi hati. Ketika sudah disebut tinggi hati, maka kita langsung membayangkan seseorang yang sangat angkuh, tidak ramah, sombong dan memandang rendah setiap orang. Orang seperti ini memang ada, tetapi cukup sedikit jumlahnya. Kita orang yang ramah, bukan orang angkuh atau gemar merendahkan orang lain, berarti kita tidak termasuk orang yang meninggikan diri, demikian kira-kira kesimpulan kita. Betulkah begitu?

Karena pengertian kita sesimpel itu, maka kita kurang memperhatikan ayat itu. Kita melihat diri kita bukan orang kaya atau orang besar, sehingga tak ada satupun yang pantas untuk membuat kita angkuh atau merendahkan orang lain. Ayat mengenai meninggikan diri nampaknya tidak aktual pada diri kita. Mungkin menurut kita, perkataan Yesus tersebut hanya kena pada orang-orang penting, baik pejabat-pejabat pemerintah, pendeta-pendeta, tokoh-tokoh masyarakat, maupun orang-orang penting di gereja.

Betulkah demikian?

Saudaraku kekasih….Perbuatan meninggikan diri ialah segala upaya yang kita lakukan, tindakan maupun perkataan, yang dimotivasi oleh hasrat untuk menonjolkan diri kita di mata orang lain, atau memperlihatkan kepada orang lain bahwa kita seharusnya diperhitungkan, untuk memperoleh semacam kepuasan emosional.

Saudara perhatikan benar rahasianya, yaitu tujuannya UNTUK MEMPEROLEH SEMACAM KEPUASAN EMOSIONAL. Mencari pengakuan. Inilah yang disingkapkan Tuhan kepada saya, dan saya mohon saudara memperhatikannya benar.

Sekarang, kita harus mengerti bahwa firman Tuhan di atas aktual bagi semua orang. Bukan hanya orang kaya dan tokoh penting yang kerap melakukan sesuatu yang baik untuk memperoleh semacam kepuasan emosional, tapi bahkan juga orang-orang miskin, orang-orang kecil, orang-orang tersingkir dan terabaikan.

TUHAN tidak menilai dari ukuran perbuatan baik kita, tapi dari apa yang tersembunyi di dalam pikiran kita. Mata TUHAN adalah pedang yang amat tajam, dapat memisahkan jiwa dengan roh. Ia mengetahui segala geliat sekecil apapun di dalam hati kita, dan itulah yang dinilaiNya.

Ada dua orang baik, melakukan sesuatu perbuatan baik yang sama. Tapi agar saudara tahu, belum tentu keduanya diterima TUHAN.

Mungkin perbuatan baik itu ialah memberi sumbangan bagi orang miskin, memberi bantuan ke gereja, membayar perpuluhan, melayani di gereja, bahkan mengkhotbahkan firman Tuhan. Atau, karena saya menulis renungan firman, menulis renungan firman juga.

Si kawan menulis firman yang sama dengan saya. Tapi jika dia menulis seluruhnya untuk mempermuliakan nama TUHAN, sedangkan saya misalnya, selain untuk mempermuliakan nama TUHAN, juga untuk MEMPEROLEH SEMACAM KEPUASAN EMOSIONAL, maka dia diterima, sedangkan saya akan ditolak Tuhan kita.

Persembahan Kain ditolak bukanlah karena ia mempersembahkan tumbuhan sementara Habel mempersembahkan daging bakaran. Jangan sampai saudara mengambil kesimpulan yang keliru, seolah-olah Tuhan lebih suka daging. Atau mungkin saudara menduga Kain ditolak karena ia korupsi dengan mengurangi jumlah perpuluhannya? Atau karena melakukannya dengan agama (cara ibadah) yang salah? Tidak. Secara kasat mata, satu-satunya yang berbeda antara persembahan Kain dengan Habel hanyalah jenis persembahannya. Jadi agar saudara tidak menduga-duga Allah telah berlaku tidak adil terhadap Kain, maka sejak sekarang sudara harus tahu, Allah tidak menilai kita dari apa yang tampak, tapi dari apa yang tersembunyi: HATIMU.

Jika saudara melayani di gereja, dan di dalam hatimu yang paling tersembunyi masih ada latar belakang UNTUK MEMPEROLEH SEMACAM KEPUASAN EMOSIONAL, dengan sangat menyesal saya katakan pelayanan anda tidak akan diurapi TUHAN, sehebat manapun anda melakukannya.

Ujilah hatimu. Ujilah setiap tindakanmu, di kantor, di gereja, di pelayanan, di pergaulan, apakah ada terselip sejentik tujuan MEMPEROLEH SEMACAM KEPUASAN EMOSIONAL?. Jika masih ada, Yesus tidak akan memujimu di surga. Ia memang mengasihimu, tapi Ia tidak suka jika engkau masih mengejar kepuasan ego.

Alkitab berkata: ada dua orang di ladang, satu akan dibawa, satu akan ditinggalkan. Ladang bercerita tentang ladang Tuhan, dan kedua-duanya sama-sama pengerja di tempat itu. Bukan Tuhan tidak adil maka satu ditinggalkan, tapi karena sesuatu yang tersembunyi rapi di HATI kita, yang orang lain tidak lihat, tapi Tuhan lihat.

Jadi saudaraku…Perbuatan baik apapun yang engkau lakukan, janganlah sesekali menempelkan tujuan MEMPEROLEH SEMACAM KEPUASAN EMOSIONAL (pengakuan dari orang lain) di dalam perbuatanmu itu. Orang yang melakukannya berarti orang yang masih memandang kepada dirinya sendiri. Orang seperti ini tidak akanmemperoleh apa-apa dari Tuhan kita. Siapa memandang kepada diri sendiri, dia sedang meninggikan dirinya.

Berhentilah memperjuangkan pengakuan dari orang lain. Lupakan dirimu saudaraku. Lupakan saja dirimu, sebab dirimu sesungguhnya tidak memiliki apapun yang pantas untuk dibanggakan dimata Allah.

Engkau cantik? Biarlah demikian. Cantik, cantiklah. Jelek, jeleklah. Tidak usah terlalu dipikirkan. Berdandanlah seadanya, dengan dandanan yang sopan dan sederhana, sebagaimana Paulus mengajarkan.

Engkau sukses? Biarkan saja demikian, tidak usah bangga walau di dalam hati sekalipun. Engkau diberkati? Engkau dipuji orang? Engkau mendapat penghargaan? Engkau menjadi sorotan kekaguman orang-orang? Orang-orang berebutan menyalamimu atau minta foto bareng? Orang-orang memberitakanmu di koran? Kata-katamu dikutip dimana-mana? Fotomu dipajang dimana-mana, di majalah-majalah atau baliho-baliho? Engkau sekarang menjadi orang yang berpengaruh? Ya sudah, biar saja demikian, jangan pikirkan sedikitpun, jangan nikmati sedikitpun dengan emosionalmu. Katakan dalam hatimu masa bodo pada semua yang kau peroleh itu, kau tidak membutuhkan semua itu, yang ada di hatimu hanyalah nama Tuhan.

Jangan memandang kepada dirimu, seolah-olah kita ini sangat pantas diberkati. Tetapi arahkanlah mata anda hanya kepada TUHAN, Bapa kita. Semua karena kasih karuniaNya. Semua yang baik yang ada pada kita atau semua yang kita peroleh, berasal dari Dia.

Istri saya adalah bendahara rumahtangga kami. Suatu hari, dompetnya dicuri orang, dan di dompet itu tersimpan uang belanja bulanan rumahtangga kami, maklumlah rumahtangga RSS. Tentu saja mestinya kami kalut dan mulai cekcok saling menyalahkan. Tapi itu bukan opsi yang saya pilih. Saya justru mengajaknya tertawa dan bercanda, dan menggandengnya untuk berlutut penuh ucapan syukur di rumah. Saya katakan pada Bapa kita kira-kira begini: “Kejadian ini baik untuk kami Bapa, untuk menguji apakah uang itu lebih mahal daripada sukacita kami. Soal uang yang hilang itu, itu bukan soal. Mana ada Raja yang membiarkan anak-anaknya kelaparan? Yang penting selama Engkau ada bersama kami, kami akan terus gembira.” Saya belajar melupakan diri saya, dan tetap mengarahkan hati kepada Bapa, sehingga tidak ada lagi alasan untuk bersedih. Saudara tahu apa yang terjadi? Dalam empat hari, Tuhan menggantinya bahkan berlebih.

Ego itu manusia lama kita. Itu harus kita serahkan pada Tuhan, sehingga di dalamnya bukan lagi “AKU-AKU-AKU”, tetapi “DIA-DIA-DIA” yang hidup dalam aku.

Ketika kita mengarahkan mata kepada diri kita, sesungguhnya yang kita cari adalah popularitas, pengakuan, penghormatan. Kita akan melihat bahwa ternyata selama ini kita bernasib malang, kita kurang dihargai orang sana, kita sudah terlalu sering disakiti si anu, dan lain sebagainya. Kita akan mulai menangisi diri kita.

Menangisi diri itu salah satu wujud dari ego yang menuntut penghargaan-penghargaan. Ada suasana meninggikan diri di dalam kegiatan menangisi nasib.

Tetapi siapa memandang kepada Bapa, ia bahkan tidak peduli lagi apakah ia sudah makan atau belum, tidak lagi peduli apakah di kantungnya masih ada uang atau belum. Ia akan tetap bersukacita apapun keadaan si aku. Meskipun si aku memikul gunung batu, tapi karena ia lupa pada si aku-nya, ia tidak merasakan apa-apa. Sebab matanya tertuju pada TUHAN, dan di dalam hatinya hanya ada nama TUHAN.

Orang lain boleh menangisi kemalangan kita, tapi kita akan tertawa gembira dan menghiburnya: “Hei, kawan. Jangan sedih lagi!”

Saudara..Ada banyak orang berkhotbah, tapi terasa benar bahwa ia mengejar SEMACAM KEPUASAN EMOSIONAL. Ada banyak orang melayani, tapi nampak jelas bahwa ia sedang menunjukkan ia jago. Banyak orang yang sesungguhnya sedang show, ketika ia berbuat sesuatu yang sebenarnya baik.

Tetapi sejak sekarang, anda sudah tahu bahwa Yesus menilai dari apa yang ada di pikiran kita, bukan dari hebat tidaknya atau besar kecilnya yang kita lakukan.

Barangsiapa di pikirannya ada niat memperoleh pujian, atau kepuasan emosional lainnya, ia sedang meninggikan diri, meskipun ia sedang berlelah-lelah di dalam pelayanan.

Lakukanlah segala sesuatu untuk kesenangan dan kepuasan Tuhan. Supaya Tuhan senang aku melakukan ini, supaya Tuhan gembira aku melakukan itu. Jika Bapaku sudah gembira, itulah kegembiraanku!

Segala hormat dan pujian hanya bagi Dia, Bapa kita di dalam nama Yesus Kristus! Haleluyah!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar