Minggu, 26 Agustus 2012

JANGAN LARUT DENGAN DUNIA

oleh Bao Panigoran pada 4 Oktober 2010 pukul 11:39
https://www.facebook.com/notes/bao-panigoran/jangan-larut-dengan-dunia/434035398457


Lukas 14 : 33
Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku

Tuhan kita Yesus Kristus sudah siap sedia untuk datang, tetapi sungguh, kita gerejaNya belum siap untuk kedatanganNya. Ketika Tuhan menyadarkan saya akan hal itu, berkali-kali saya menangis di kakiNya. Yesus lebih sering muram di sorga karena kita daripada tersenyum sukacita.

Suatu malam, ibu saya bermimpi. Dalam mimpinya itu, Ia melihat Yesus di langit memandang ke bumi, dengan wajah sedih. Yesus berkata bahwa Ia tidak lama lagi akan datang, tetapi umatNya sangat tidak siap menyambutNya. Dan orang-orang datang, berkata kepada ibu saya: “Hai ibu, mari kita ke pesta si anu!” Lalu ibu menahan mereka, memberitahukan mereka supaya menatap kepada Yesus: “Jangan lagi pergi ke pesta, lihat Tuhan Yesus, itu di langit!” Tapi orang-orang ini hanya tertawa dan menganggapnya sudah mulai tidak waras dan tak mau menatap ke langit, dan pergi. Kemudian orang lain datang lagi, dan ibu mencegat mereka: “Ibu-ibu mau kemana?” Mereka menjawab dengan gembira: “Kami mau belanja-belanja ke pasar, mau senang-senang dulu.” Ibu saya dengan sedih mencegah: “Jangan pergi santai-santai lagi, lihat Tuhan Yesus, Dia sudah mau datang!” Tetapi teman-temannya ini hanya mengibaskan tangan dan tetap berlalu dengan tertawa-tawa. Dan Yesus benar-benar terlihat sedih.

Yesus tidak pernah mengajarkan kita menjadi kristen biasa-biasa. Seluruh ajaranNya, di dalam Alkitab, menggariskan bahwa kita harus menyerahkan hidup secara total kepadaNya. Tapi sering kali kita menipu diri sendiri dengan menganggap bahwa Tuhan Yesus maklum atas jalan hidup kita yang tidak total ini, dengan dasar alasan bahwa Dia maha kasih. Dengan perkataan itu, kita membiarkan diri hanyut dalam kemalasan rohani dan asik dengan rupa-rupa kedagingan.Kita biasa mengatakan: “Tuhan itu baik. Dia mengerti mengapa aku hidup (berdosa) seperti ini. Kalau Dia tidak baik, berarti Dia bukan Tuhan dong...”

Kita biasa berkata: “Yesus tahu gimana hatiku sama Dia. Mungkin aku memang perokok, mungkin juga peminum, mungkin juga pejudi. Tapi Dia lihat hatiku kok. Dia tetap Tuhanku, Dia tetap mengasihiku. Dia penuh kasih. Dia maklum...”

Kita biasa berkata: “Aku tahu Tuhan tidak suka aku kerja jadi pelacur, hidup berzinah, hidup begini. Tapi ini semua kehendak-Nya. Dan aku harus menerimanya. Mungkin ini memang takdirku dari Tuhan. Dia lah yang menetapkan semua langkahku..”

Kita mungkin berkata: “Mana mungkin manusia bisa sempurna. Kita ini masih tinggal di dunia, kawan. Tuhan kasih kita tinggal di sini, tidak disuruh pergi ke gunung kan? Jadi Tuhan itu pasti maklum sama kita dong, karena Dia kan baik banget.”

Saudaraku dalam Tuhan....Cinta pada nama Yesus pasti ada di hati setiap orang kristen. Kalau ada orang non kristen mengata-ngatai Yesus, sudah pasti darahnya akan mendidih. Ketika kita dengar ada lagi gereja di bakar, atau penganiayaan pada para pendeta, tidak peduli bagaimana kehidupan rohani kita, darah kita pasti membara mendengarnya. Ada semangat berperang. Bahkan cukup banyak yang berhasrat membangun satu laskar milisi untuk membalas dan menghabisi saja kaum-kaum perusak gereja itu.

Bukankah pembalasan-pembalasan yang dilakukan oleh sebagian saudara-saudara kita di masa kerusuhan Maluku lalu karena kecintaan akan agama kristen?

Cinta Yesus banyak diekspresikan orang dengan berbagai cara. Dulu saya pernah mengenal seorang pria yang punggungnya terdapat tato wajah Yesus ukuran besar. Tato salib juga banyak dibuat orang di dada, di lengan, dan tempat lain. Ketika remaja, saya sendiri juga sempat bikin tato salib di lengan, beruntung bukan tato permanen, dan hanya berumur dua bulan.

Ada orang mengekspresikannya dengan memakai kalung salib. Kalau ada seorang artis di TV sedang nyanyi, dan dia memakai kalung salib, istri saya biasanya bangga dan merasa bersaudara dengan dia. Saya sendiri senang pada Agnes Monica, karena satu alasan saja: ketika dia menerima penghargaan, dia tidak segan-segan mengucapkan terimakasih kepada Yesus, di depan seluruh orang Indonesia. Jarang orang yang seberani dia.

Tapi semua itu belum tentu mencerminkan kecintaan yang sejati kepada Tuhan. Kebanyakan kita sebenarnya bukan mengasihi Yesus, tetapi mencintai diri kita sendiri. Mencintai diri sendiri juga berarti mencintai segala simbol-simbol identitas diri kita. Saya orang kristen, jadi karena saya bangga pada diri saya, dan kristen itu identitas saya, maka saya pun suka memakai atribut-atribut kristen. Jadi saudara lihat, fokus cinta yang seperti itu adalah diri kita sendiri, bukan Tuhan.

Tetapi orang yang benar-benar mencintai Tuhan adalah orang yang hidup seturut dengan kehendak Yesus. Yang ia rindukan adalah menyenangkan hati Tuhan dengan mengikuti seluruh firmanNya, meskipun untuk itu ia harus membayar harga yang mahal.Salah satu musuh terbesar gereja kita ialah apa yang saya sendiri namai roh biasa-biasa. Orang lain suka juga mengidentifikasi roh ini dengan nama roh kenyamanan. Efeknya sama, yaitu kita kehilangan gairah untuk berkembang. Kita enggan untuk berubah. Kehidupan rohani kita sekarang sudah cukuplah rasanya, mempertahankan segini saja sudah susah, yang penting jangan jatuh aja lah, demikian inti racun ajaran roh ini ke dalam diri kita.

Roh biasa-biasa ini membuat kita pada akhirnya tidak berbeda dengan orang dunia. Bedanya, kita berjubah pelayan Tuhan, beratribut Kristen, dan tanpa kita ketahui, telah menyebabkan kita menjadi Farisi-Farisi kristen.

Roh biasa-biasa muncul dari kehidupan sekuler di sekitar kita, yang jika tak dapat kita lawan, akan membuat api kita lambat laun menjadi padam. Ia juga dapat timbul dari kesejahteraan hidup. Ironis bukan? Kita biasanya berdoa supaya selalu diberkati Tuhan, tapi agar saudara tahu, banyak sekali orang jatuh atau padam karena ia sudah sibuk dan makmur.

Ringkasnya, menikmati asiknya dunia, serta seluruh kemanjaan-kemanjaan yang ditawarkannya, akan membuat roh kita padam. Bukannya kita tidak boleh piknik dan bersantai, bukannya tidak boleh heppi-heppi di mall, atau becanda-becanda di facebook dan tempat lain, atau menonton TV, mengikuti Piala Dunia, atau sinetron Cinta Fitri, atau berkaraoke di rumah bawakan lagu-lagu lawas seperti Dian Pisesha atau Pance misalnya, atau menikmati lezatnya kuliner di kota ini dan itu, atau jalan-jalan ke luar negeri dan lain-lain. Sepanjang tidak ada perbuatan dosa yang kita kerjakan dalam semua itu, itu boleh saja. Tetapi saya harus memberitahu anda, setiap kali anda menikmati kemanjaan daging, anda sedang mengecilkan sumbu pelita roh anda. Lama kelamaan, jika anda tidak segera membesarkannya kembali, anda akan menjadi suam-suam kuku dalam mengiring Tuhan. Ketika anda telah mulai suam, saat itu anda akan mulai mengeluh betapa beratnya ikut Yesus. Saat seperti itulah anda akan mulai berkompromi dengan kedagingan dan dunia ini.

Saya sendiri justru merasakan, jika saya mulai larut dalam hiruk pikuk dunia ini, saya seperti mulai menjauh dari Tuhan. Sebaliknya, ketika saya menutup koran, mematikan TV, berhenti berpikir mengenai kondisi politik lokal, berhenti berpikir mengenai kerusuhan ini itu, dan lain sebagainya, lalu mulai membuka Alkitab, mengangkat tangan dan menatap wajahNya, saya merasa semakin diangkat terbang lebih tinggi.

Sebenarnya saya tidak berkata bahwa Yesus menginginkan anda selalu tegang rohani. Ia juga mengerti bahwa kita memerlukan refreshing atau istirahat sesekali. Injil Yohanes mencatat peristiwa dimana Tuhan Yesus mengajak murid-muridNya bersantai sejenak di tepi laut sambil manggang-manggang ikan.

Anda boleh saja istirahat sejenak, menikmati suasana santai. Tetapi ingat, kita bersantai SEJENAK, untuk melepaskan penat dan ketegangan, bukannya untuk BERDIAM di dalam kesantaian itu. Berdiam artinya kita terikat dan hanyut di dalamnya.

Saya suka lagu-lagu pop dari angkatan 80’an, khususnya lagu-lagu Pance, Deddy Dhukun, Ebiet G. Ade, dan lain-lain. Terkadang kalau saya dengar lagu “Kapan Lagi” dari Pance, saya serasa terbang ke masa lalu. Ada kalanya sesekali rohani saya istirahat dan membiarkan diri saya menikmati sejenak lagu-lagu itu. Tapi saya berhenti tatkala saya mulai larut dengan kenangan masa lalu, dan setelah itu akan kembali fokus kepada Bapa.

Larut dalam daging membuat anda menjauh dari Bapa. Hati-hatilah, karena begitu anda larut, nafsu rendah anda yang lama terkubur akan mulai kumat lagi, dan anda akan kehilangan hadiratNya. Jadi saat anda istirahat, anda pun harus tetap berjaga-jaga. Dan kalaupun anda memutuskan tidak akan pernah memanjakan diri dengan menikmati dunia, itu lebih baik menurut saya.

Sebab kita harus melepaskan semua milik kita, termasuk hak-hak kita untuk menikmati dunia ini, jika kita ingin bertemu dengan Yesus kelak di surga.

Jangan pernah hilang semangat untuk berdoa pagi bersaat teduh. Paksalah mata anda terbuka dan jangan mau dikalahkan oleh dinginnya pagi buta. Jangan lewatkan renungan malam. Jam berapakah anda tidur? Jam sembilan malam? Matikanlah TV jam delapan, dan sembahlah Bapa sampai menjelang jam tidur anda. Dalam renungan anda itu, ingatkanlah diri anda kembali bahwa : “saya bukan lagi berasal dari dunia ini, tetapi dari hadapan Bapaku di surga. Saya ada disini karena diutus olehNya, sebab ada pekerjaan-pekerjaan bagi Kerajaan Bapaku yang harus kukerjakan, menjadi terang (berpengaruh baik) bagi banyak orang, dan membawa jiwa-jiwa kepada Kristus Yesus.”

Tuhan Yesus mencintai kita.

Maranatha. Dia segera datang!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar