Minggu, 26 Agustus 2012

MENJADI KEPALA DAN BUKAN EKOR

oleh Bao Panigoran pada 6 Mei 2011 pukul 16:38
https://www.facebook.com/notes/bao-panigoran/menjadi-kepala-dan-bukan-ekor/10150170346673458


Untuk menjadi terang, kita tidak harus selalu menjadi yang paling unggul di setiap tempat atau lingkungan dimana kita berada.

Sebab seringkali lingkungan-lingkungan itu melakukan penilaian bukan atas kehidupan kerohanian, tapi berdasarkan ukuran-ukuran sosial dunia yang dianutnya sendiri.

Jadi jika anda tidak menjadi yang terbaik di suatu tempat, anda janganlah kiranya merasa terintimidasi atau terhakimi oleh perasaan anda sendiri, seolah-olah anda tidak benar anak Allah.

Anda tidak harus menjadi bintang di dunia ini untuk membuktikan bahwa anda anak Allah.Banyak dari antara kita terjebak dalam pemahaman yang sempit mengenai firman yang berkata bahwa kita "ditentukan untuk menjadi kepala, bukan ekor". Kepala disini seringkali diterjemahkan sebagai “posisi yang terbaik dari semua”, menurut kacamata sosial. Artinya, kita mengartikan firman tersebut berdasarkan jumlah penghasilan, harta kekayaan, kemegahan materi, pangkat dan jabatan, penghormatan sosial, popularitas, serta ukuran-ukuran sosial lainnya.

Sehari-hari, seringkali kita dengan begitu saja menganggap "dia sangat diberkati Tuhan" ketika mengomentari seseorang yang baru saja dipromosikan menduduki jabatan yang basah. Mereka yang memperoleh kekayaan besar dari bisnisnya, kita juga dengan mudah menamainya "sangat diberkati Tuhan."

Bukankah dengan berkata demikian kita seolah-olah berkata pula bahwa orang yang sejak dulu tidak pernah naik jabatan atau orang-orang ekonomi sederhana berarti dikutuk Tuhan, atau halusnya, tidak diberkati Tuhan?

Benarkah demikian?
Kenyataannya saya mengenal cukup banyak orang dipromosikan menduduki tempat yang basah karena uang suap, sogok, nepotisme, atau karena ia sanggup menjadi mesin ATM kelak bagi pimpinannya dengan melakukan korupsi. Sebaliknya, saya pernah mengenal seorang pejabat, yang karena menolak memberi "setoran rutin" bagi big bossnya, akhirnya dipecat dari jabatannya dan menjadi non job rendahan sampai usia pengsiunnya. Menurut ukuran sosial, dari kepala dia sudah menjadi ekor.....

Juga banyak di tengah-tengah masyarakat kita yang diketahui menjadi kaya karena korupsi, menipu, membobol bank, menggelapkan uang negara, dan sumber-sumber kotor lainnya. Dan sepertinya, atau jangan-jangan, banyak di antara mereka juga sekalian menjadi jemaat-jemaat penting di dalam gereja kita. Apakah mereka ini benar kaya karena diberkati Tuhan? Mereka inikah yang telah menggenapi janji Tuhan yang berkata menjadi kepala dan bukan ekor..?

Sebaliknya, suatu waktu ada seorang member kita bersaksi bahwa ia terancam dipecat dari jabatannya di dalam sebuah proyek besar, karena menolak membuat laporan palsu, sebab proyek tersebut memang penuh dengan korupsi dan mark up. Dan saya meneguhkan hatinya untuk bertahan dengan kebenaran Kristus yang ada padanya, meskipun ia dan saya sama-sama tahu hal itu bukan saja berarti ia akan kehilangan kesempatan memperoleh bagian uang dalam jumlah besar , (mungkin dalam hitungan ratusan juta rupiah), kehilangan jabatan dan status sosial lainnya, tapi juga mungkin akan memperoleh intimidasi, teror dan ancaman-ancaman fisik lainnya.

Saudaraku dalam Kristus Yesus...Jika kita masih saja menerjemahkan firman yang berkata "ditentukan menjadi kepala dan bukan ekor" tersebut dengan ukuran-ukuran dunia seperti itu, tanpa sadar jangan-jangan kita akan menjadi tersesat, pengejar dunia, sementara kita menganggap sedang mengerjakan firman TUHAN.

Pengertian “menjadi kepala” sebagaimana yang Tuhan maksudkan bukanlah harus berarti berkaitan dengan jabatan struktural dan jumlah penghasilan. Menjadi kepala artinya “memberi pengaruh”, dan menjadi ekor artinya “orang yang dipengaruhi”.

Tidak peduli apakah anda direktur atau hanya office boy di kantor anda, tapi jika keberadaan anda memberi pengaruh kepada teman kerja atau bahkan seisi kantor anda, anda telah menjadi kepala dan bukan ekor.

Dan pengaruh yang harus kita berikan itu ialah pengaruh yang baik, baik lewat sikap-sikap kita, sopan santun kita, kelemahlembutan dan kehangatan kepribadian kita, serta kerendahan hati kita. Pastikanlah bahwa jika ada teman sekantor anda yang dendam pada teman yang lain atau kepada pimpinan, ketika dia selesai curhat dengan anda, ia telah menjadi lega dan mampu mengampuni. Berilah nasehat, teguhkanlah yang patah semangat, yakinkanlah yang kehilangan kepercayaan diri, pulihkanlah pertikaian, perdamaikanlah perselisihan, bukan hanya atas orang-orang yang selevel dengan anda, tapi dapat juga anda lakukan pada kalangan yang lebih tinggi. Jika anda dapat memberi pengaruh sedemikian, meskipun jabatan anda tidak naik-naik dan tetap di bawah, anda telah berhasil menjadi kepala, dan mereka yang terpengaruh tersebut, sesungguhnya secara rohani dapat disebut telah menjadi “ekor” bagi anda, atau dalam bahasa yang lebih halus, menjadi pengikut anda.

Barangsiapa mengikuti kata-kata seseorang, sesungguhnya ia telah menjadi pengikut orang itu. Barangsiapa tidak mengikuti kata-kata seseorang, meskipun ia diberi label pengikut, ia bukanlah pengikut orang itu.

Demikianlah anak-anak Allah ditentukan menjadi kepala di setiap tempat dan lingkungan yang dimasukinya. Sebab di dalam mereka ada Roh Kebenaran yang lemah lembut dan rendah hati, yang jika mereka tunduk terhadapNya, mereka akan menghasilkan buah. Dan buah yang baik itu akan memberi kekuatan baru bagi setiap orang yang memakannya, yaitu orang-orang menerima kata-katanya.Selain menjadi kepala, kita juga ditentukan untuk menjadi imam. Sebagai seorang imam, anda adalah orang yang membawa semua teman-teman kantor anda ke hadapan TUHAN. Artinya, berdoalah bagi mereka. Berdoalah bagi setiap perkumpulan atau lingkungan dimana anda berada.

Berdoalah bagi tetangga-tetangga anda. Berdoalah bagi rekan-rekan satu korps anda. Berdoalah bagi teman-teman anda. Sebab anda adalah imam bagi mereka. Mengapa anda menjadi imam bagi mereka? Tentu saja karena mereka barangkali tidak mengenal TUHAN yang benar, Yesus Kristus.

Di lingkungan tetangga, rumah tangga saya adalah satu-satunya kristen, juga yang paling muda. Jadi sehari-hari, saya tidak terlalu dianggap, serta kurang diperhitungkan. Itu tidak menjadi masalah bagi saya, sebab saya sadar, bagi mereka semua, saya adalah imam. Dari kamar doa saya, saya selalu mengarahkan tangan memberkati seluruh tetangga saya. Yesus berkata bahwa apa yang saya lepas di bumi akan terlepas di sorga. Maka saya melepaskan bagi mereka berkat ekonomi, damai sejahtera, kerukunan rumah tangga, kesopan-santunan, keramahan, kebaikan, kelemahlembutan, serta kerinduan akan Kebenaran, yang daripada Bapa.

Apakah ada hasilnya?
Puji Tuhan, di lingkungan tetangga saya yang muslim itu, yang dulu dikenal sebagai lingkungan yang sangat kasar, fanatik dan tukang bertengkar satu sama lain, sejak kami tinggal di tengah mereka, mereka belum pernah saya dengar bertengkar. Memang tetangga persis depan rumah kami sempat masih suka ribut, kakak adik yang sudah sama-sama menikah saling memaki, mengutuk, bahkan kadang di tengah malam kejar-kejaran bawa balok kayu seperti kesetanan. Tetapi saya berdoa untuk mereka. Saya memohon Yesus untuk meniupkan atmosfir kesejukan dan perdamaian ke rumah itu, setiap malam. Puji Tuhan, sudah setengah tahun ini mereka tak pernah lagi ribut besar seperti dulu. Yesus lah yang melakukan semua itu, bukan saya, sebab saya berdoa dan meminta kepada Yesus.

Demikianlah tugas kita sebagai imam di dunia ini. Kita harus membawa dalam doa setiap lingkungan dimana kita tergabung, -apakah itu lingkungan rumah, desa, kota, negara, organisasi, gereja, perkumpulan, STM, kantor, dan sebagainya- di dalam iman yang percaya teguh bahwa antara kita dan Bapa ada hubungan yang tak terpisahkan, anak dan Ayah. Bahkan kita juga harus berdoa agar jiwa-jiwa itu dilanda rasa haus untuk mengenal Tuhan yang benar, Yesus Kristus. Doa seperti ini akan memudahkan penginjilan.

Saudaraku..
Menjadi kepala adalah tugas kita, dengan memberi pengaruh yang baik seturut dengan buah-buah Roh yang keluar dari dalam diri kita. Maka milikilah karakter-karakter Yesus.

Menjadi imam adalah juga tugas kita, dengan memohonkan kebaikan bagi orang lain. Milikilah kerendahan hati, kerelaan dan penyangkalan diri, agar anda dapat melakukannya.

Dalam mengerjakan semua itu, jangan harapkan apa-apa dari manusia, sekedar penghormatan bahkan sekedar mereka tahu sekalipun bahwa anda mendoakan mereka diam-diam, sebab Bapa menilik hati kita. Lakukanlah dengan kesadaran penuh bahwa anda telah memiliki jauh lebih besar daripada yang dapat diberikan manusia dan dunia ini sehingga anda tidak mengingkan apa-apa lagi. Lakukanlah dengan kesadaran bahwa anda ini anak Allah dan karenanya anda tidak lagi berasal dari dunia melainkan hanya seorang perantau dan pendatang yang bertugas untuk memberkati setiap negeri dimana anda tinggal.

Yakinlah pada janji Bapa. Yakinlah bahwa anda ini berharga di mata Allah. Yakinlah bahwa apa yang kau ikat di bumi, terikat di surga, dan apa yang kau lepas di bumi, terlepas di surga. Yakinlah bahwa Yesus tidak akan pernah berbohong kepadamu. Yakinlah bahwa tidak satu pun janji Tuhan itu yang gombal, melainkan ya dan amen.

Dan milikilah kasih Allah, kasih yang memenuhi dan menyesaki dadanya Yesus, akan semua orang, tanpa memandang rupa. Jadilah kepala dan bukan ekor, dan jadilah imam yang tanpa mengharapkan balasan apa-apa dari orang yang anda doakan. Tapi karena kecintaan anda akan Yesus Kristus, Rajamu yang amat baik itu.

Haleluyah!



Tidak ada komentar:

Posting Komentar