Minggu, 26 Agustus 2012

KUASA TUHAN DI BONA LUMBAN

oleh Bao Panigoran pada 9 Februari 2011 pukul 11:19
https://www.facebook.com/notes/bao-panigoran/kuasa-tuhan-di-bona-lumban/499348473457


Shalom saudaraku, seluruh member grup Kesaksian Kristus yang terkasih.
Satu bulan lebih saya tidak muncul dalam tulisan kepada saudara semua. Saya sangat rindu dan sejujurnya sangat sedih.

saya tidak pernah melupakan saudara-saudara. Hampir setiap malam kepada Kristus saya ungkapkan kerinduan saya untuk menulis lagi kepada saudara, agar Ia tetap menghubungkan saya kepada isi hatiNya, sebab yang harus saya tuliskan ialah isi hati Yesus, bukan pikiran saya sendiri.

Tuhan melakukannya. Ada beberapa artikel yang telah saya ketik, tapi belum sempat saya posting kepada anda. Lagi-lagi persoalan saya ialah ketiadaan fasilitas. Maklumlah, secara sosial saya ini bukan siapa-siapa, amat-amat sederhana, (meskipun saya tak pernah berhenti bersyukur atas hidup saya).Jika anda bertemu saya, jangan-jangan anda akan segera merasa sedang berhadapan dengan seorang pria muda kampungan dari jaman 80-an. Selama ini saya hanya memakai komputer di kantor, itu pun bila tidak sedang dipakai bekerja. Kebetulan pula tugas utama saya memang di lapangan, jadi belakangan ini jarang bisa online. Ada beberapa kesempatan mengetik, tapi kadang persoalan yang muncul ialah buruknya jaringan. Serba berhalangan.

Ada beberapa surat dari teman-teman yang hendak konseling, dan saya belum sempat membalas. Kepada saudara-saudaraku yang mengirim surat, saya meminta maaf. Saya akan berusaha keras untuk membalas surat anda secepatnya. Doakanlah supaya saya tetap bisa online lebih sering. Amen.

Saya juga berterimakasih buat teman-teman pengurus lainnya, yang tetap aktif menulis selama saya pasif. Saya yakin kita semua tetap teguh didalam Tuhan. Yesus tidak pernah meninggalkan kita.

Saudaraku kekasih,
Kali ini saya hendak melaporkan apa yang Tuhan Yesus kerjakan dua malam ini (7-8 Februari 2011) di sebuah dusun kecil bernama Bona Lumban. Dusun ini terletak di pedalaman Tapanuli, cukup miskin dan tertinggal. Sebagian besar penduduk bekerja sebagai petani, menderes karet atau berladang di balik hutan.

Beberapa hamba Tuhan dan saya mengadakan KKR kecil disana. Kebetulan ada sepasang muda yang sederhana, Brother Steve dan Emily istrinya dari Kanada, dengan "modal nekad" datang ke Indonesia khususnya ke daerah ini untuk Injil. Bayangkan saudara, saudara kita Steve ini masih begitu belia, baru berumur 23 tahun! Dia bukan pastor atau pendeta. Di kampung halamannya di Kanada sana ia bekerja hanya sebagai tukang bengkel. Di negerinya, ia bergabung dengan semacam organisasi pemuda untuk gerakan penginjilan (di Indonesia, saya mengenal organisasi sejenis bernama LPMI, mungkin ada di antara anda yang jadi anggota), dan Steve diutus kemari, tanpa bekal yang memadai kecuali iman.

Steve datang ke subuah gereja kecil, menceritakan maksudnya. Pak Pendeta disana segera menceritakan hal itu pada beberapa pendeta gereja kecil lainnya, terutama kepada seorang saudara bernama Veca Sonya Christata, seorang pendeta muda dari gereja kecil yang diurapi. Dan ajaibnya, Yesus mempertemukan saya dengan mereka sehingga saya boleh bergabung.

Malam pertama banyak mukzizat kesembuhan terjadi. Dan malam kedua, penduduk yang datang menjadi lebih ramai. Semua orang sakit datang ke hadapan Tuhan. Puji Tuhan, Yesus menunjukkan betapa Ia sangat mengasihi penduduk kampung yang miskin itu. Begitu banyak kesembuhan terjadi. Orang-orang berebutan naik ke panggung kecil untuk mempersaksikan kesembuhan mereka. Yang sakit jantung sembuh. Yang menderita sesak nafas mengaku telah bisa bernafas lega. Beberapa orang jompo yang tak bisa lagi berjalan tanpa dipapah, di atas panggung telah bisa menari-nari, bergoyang-goyang, sambil gerak jalan mengikuti irama lagu pujian. Yang tak bisa melihat lagi menjadi terang penglihatannya. Seorang nenek yang tuli terkekeh-kekeh di panggung menceritakan bahwa ia sudah bisa mendengar dengan tajam. Semua orang bersorak sorai memuji Yesus. Lebih seru lagi, ada dua wanita muslim berjilbab dengan tak malu-malu lagi meneriakkan bahwa Yesus telah menyembuhkan mereka. Salah seorang dari mereka yang lama tidak bisa membungkuk lagi akibat penyakit di tulang punggung, dengan semangat membungkuk berkali-kali memberitahukan kesembuhannya, sampai semua orang tertawa dan memuji Yesus.

Malam yang penuh sukacita. Meski acara telah usai, penduduk kampung itu belum juga mau beranjak dari lapangan. Mereka meminta agar lagu pujian kembali dinyanyikan. Dan kami pun dengan senang hati menuruti permintaan mereka. Mereka semua menari-nari di lapangan, sambil melambai-lambaikan tangan ke surga. Mata saya sampai berkaca-kaca. Alangkah hausnya orang-orang kampung pinggir hutan ini akan jamahan Tuhan. Nenek-nenek dengan kain sarungnya yang butut, ibu-ibu dengan daster lusuhnya, gadis-gadis remaja, kakek-kakek tua bahkan ada yang sudah pakai tongkat, sampai anak-anak kecil, semua bergirang menari-nari di lapangan, berkeliling dan berputar-putar, sambil bernyanyi memuji Yesus dan melambai-lambaikan tangan kepadaNya. Semua orang gembira. Semua tertawa ceria.

Hal yang begini belum pernah terjadi di desa mereka. Baru kali ini mereka melihat bahwa kuasa Yesus itu nyata, dan mereka begitu dipuaskan oleh sukacita.

Saya berterimakasih pada Brother Steve. Ia telah membuka mata kami bahwa menjadi penginjil itu tak usah harus sekolah pendeta dulu, tak usah harus lengkap dengan bekal uang dan fasilitas dulu, tak usah harus cakap teologia dulu, cukup modal keberanian, kemauan untuk pergi, serta iman yang sederhana bahwa Yesus pasti sertai dan cukupkan semua.

Selama ini kami jarang dan kesulitan mengadakan KKR Penginjilan karena kami selalu terbayang pada biaya sewa hotel, sewa gedung, sound system yang powerful, seragam para singer, panggung besar, biaya transportasi pendeta besar dari Jakarta, dan sebagainya yang sangat membutuhkan biaya raksasa. Pengalaman tadi malam memperlihatkan bahwa dengan biaya seadanya, keberanian dan iman sederhana sudah cukup untuk menjangkau jiwa-jiwa di pedalaman sana.

Saudara, berdoalah untuk kami juga. Kiranya kami dapat tetap bersatu dalam iman yang sederhana untuk terus menjangkau desa-desa pedalaman di daerah ini untuk Kerajaan Yesus. Kami juga akan segera merancang upaya-upaya terbaik dalam pemuridan dan penggembalaan terhadap jiwa-jiwa yang telah bertobat tersebut, agar mereka tidak kembali direnggut kuasa gelap yang menguasai desa mereka.

Saya juga dengan sukacita mengucapkan terimakasih kepada Brother Davy Hermanus di Bandung dari The Elijah Challenge Indonesia (Tantangan Elia), yang setahun lebih yang lalu datang ke daerah ini untuk mengajar dalam seminar sehingga kami berani meletakkan tangan atas orang sakit dengan iman yang berkuasa dan menyaksikan bagaimana Yesus menyembuhkan segala jenis penyakit dan kelemahan serta kuasa-kuasa gelap melalui iman anak-anakNya tersebut.

Jika saudara ingin dan terpanggil untuk menjangkau daerah saudara dengan Injil, saya menyarankan agar saudara mengundang seminar The Elijah Challenge untuk semakin meneguhkan anda akan kuasa Allah yang telah diberikan bagi semua anakNya yang memiliki iman. Bagi kemuliaan Bapa kita di surga, dan Yesus Kristus yang tidak lama lagi akan datang untuk mengumpulkan kita.

Immanuel!
Dia segera datang!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar